Gunung Patuha memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, & Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Tidak Hanya itu Gunung Patuha mempunyai satu buah kawah yg benama Kawah Putih yg kini dijadikan obyek wisata.
Perbedaan antara Kawah Putih di Gunung Patuha dgn kawah yg lain, seandainya di bandingkan dgn kawah yg ada di wilayah Jawa Barat. Danau Kawah Putih ini mempunyai ciri khas & keunikan tersendiri. Ialah air danau kawahnya yg senantiasa berubah-ubah warnanya. Terkadang berwarna hijau apel & kebiru-biruan -ketika terik matahari & diwaktu cuaca sedang jelas, terkadang sanggup berwarna coklat susu pun, tapi yg paling tidak jarang nampak yaitu warna putih dgn disertai kabut tebal terhadap bidang atas permukaan kawah. Bahkan, waktu sore hri, air danau kawah sanggup pasang surut bersama tiba-tiba. Terkecuali permukaan kawah yg berwarna putih, pasir & bebatuan yg ada di sekitarnya pun didominasi dgn warna putih. Lantaran itulah kawah itu di beri nama Kawah Putih.
Keajaiban alam juga dapat berlangsung, jikalau saat tengah malam hri Kamu berkunjung ke Kawah Putih. Kira Kira pukul 21.00, saat langit cerah bersama dihiasi bintang-bintang, dari danau kawah putih bakal nampak pancaran cahaya jelas berwarna kehijau-hijauan menghiasi kawah. Selanjutnya, dari bias cahaya yg berwarna hijau tersebut, mencetak satu buah lingkaran yg bakal menerangi semua tempat kawah. Sementara itu aroma belerang serta bakal sejak mulai tercium, tetapi tak terlampaui keras.
Menurut penelitian Danau Kawah Putih yg berada di puncak Gunung Patuha ini tergolong aktif & batasi oleh dinding bebatuan terjal terhadap sektor utara & disebelah barat tetap terdapat pancaran kawah. Kalau Kamu mau lebih dekat kawah dapat melintasi pintu masuk yg ada di sebelah timur. Tak jauh dari ruang kawah ada satu buah gua buatan sedalam 5 meter.
Menuju ruangan danau Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya kurang lebih 5 kilometer & membutuhkan dikala seputar 20 menit, melintasi jalan beraspal yg berkelok-kelok bersama pemandangan alam hutan tanaman Eucalyptus pula hutan alam bersama beragam species hutan hujan tropis.
Daya tarik objek wisata Kawah Putih-Ciwidey, tidak hanya mampu ditempuh memakai kendaraan, bisa juga di capai dgn terjadi kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 kilo meter dari objek wisata alam Punceuling, melintasi jalan setapak hutan alam.
Fasilitas dan Akomodasi Gunung Patuha
Untuk fasilitas secara resmi masih belum tersedia di kawasan Gunung Patuha, Namun jika anda membutuhkan angkutan atau rumah untuk menginap anda bisa menyewanya dari warga sekitar di kaki Gunung Patuha.Ada warung dan toko di sekitar rumah warga setempat yang menyediakan kebutuhan makanan dan minuman. Namun belum tersedia toko peralatan pendakian atau barang yang mendukung untuk aktifitas hiking.
Sebelum melakukan perjalanan wisata atau pendakian ke gunung ini anda sebaiknya mempersiapkan perbekalan dan peralatan yang akan anda butuhkan selama masa pendakian di rumah atau di kota besar yang bisa menyuplai kebutuhan anda. Agar anda bisa nyaman melakukan perjalanan liburan di Gunung Patuha.
Akses Gunung Patuha
Arah ke Gunung Patuha. : 44 km arah selatan Kota Bandung melalui Soreang, Ciwidey dan CimangguPertama kali terungkap pada tahun 1837 oleh seorang ilmuwan asal Belanda yang bernama Dr. Franz Wilhelm Junghun, danau di ketinggian 2194 m dpl dengan suhu sekitar 15-22 derajat Celcius ini sangat memesona. Karena keunikannya itu, Kawah Putih menjadi objek wisata bagi wisatawan nusantara dan mancanegara, serta latar belakang favorit bagi para fotografer dan sineas film.
Secara geologis, Kawah Putih terbentuk dari aktifitas letusan Gunung Patuha yang terjadi di abad ke-XII. Nama Patuha sendiri berasal dari nama awal gunung ini, Gunung Sepuh (Bahasa Sunda untuk ‘tua’).
Koordinat : 07º 10.021? S, 107º 24.279? E
Pendakian Gunung Patuha
Pendakian Gunung Patuha sudah direncanakan sejak awal April 2005, & baru dilaksanakan kepada tanggal 1 Mei 2005. Pendakian direncanakan bersama menebas hutan, aku tuliskan dalam email di kantor; dgn berita mengenai Kawah Putih yg aku catat lebih tidak sedikit, biar tidak sedikit kawan yg bersemangat utk ikut.Tepat bersama perjanjian, kami berkumpul di kantor, jam 05.30; tapi biasa adat tidak baik aku menciptakan tim jadi terlambat.
Di kantor sudah berkumpul rekan-rekan : Abdul Fattah, Arief, Fadli, Indarum, & Wawan. Andriansyah, Ogun, & Rusydan menunggu di terminal antar kota Leuwipanjang. Perjanjian berjumpa di depan bus yg dapat bertolak ke arah Ciwidey.
Tim berjumlah semua 9 orang. Tim dari kantor baru pergi jam 06.10, hingga di Pasar Simpang Dago, aku belanja makanan mungil – odading – lebih-lebih dulu, sebab belum makan terhadap ketika pergi dari hunian. Aku borong odadaing yg tersisa seharga 5 ribu rp.
Kami naik angkutan kota (angkot) Dago – Kalapa. Kebetulan, sesudah melintasi jalan Merdeka, mengisi angkot tersisa tim kami saja. Aku bertanya pada supir, apakah berani mengantar kami hingga ke Rancabali? Si supir, tetap bujang, bicara bahwa dirinya berani saja.
Sepanjang jalan, aku & Arief cobalah kontak rekan-rekan yg telah menunggu di terminal, utk cepat menuju tepi jalan, sebab kita mencarter mobil angkot. Ogun & Andri bertolak sendiri-senidri, maka kami mengontak dengan cara orang per orang, dikarenakan nyatanya mereka belum saling berjumpa. Sebelum hingga di terminal, Andri sukses dikontak & suadh bergerak menuju tepi jalan yg aku memastikan; tapi Ogun tak mampu dikontak-kontak; nyatanya HP-nya di dalam tas, & kondisi ramai maka tak terdengar. So, kami belum ada kontak bersama Ogun. Rusydan dikontak ke HP-nya, nyata-nyatanya ditinggal di hunian.
Sesampai di terminal Leuwi Panjang, aku mencoba kontak lagi Andri; dikarenakan nyata-nyatanya salah ruang, beliau berada di rute seberang angkot kami. Ogun hasilnya sukses dikontak pula, posisinya telah pas di depan bis yg bakal bertolak ke Ciwidey. Selanjutnya kita berjumpa di depan ATM Bank BCA yg ada di depan terminal Leuwi Panjang. Rusydan nyatanya sudah berjumpa dgn Ogun, so, komplit telah tim kami.
Perjalanan dilanjutkan menuju Rancabali. Kami sekali berakhir buat isikan bensin, di daerah sebelum masuk ke Ciwidey. Di Ciwidey, kami mogok sebentar utk membeli golok, makanan & minuman bagi yg belum mengambil aset yg lumayan.
Aku membeli 2 buah golok kerja orang kampung. 40 ribu rp sanggup 2 golok, pass murah, meski tetap dapat ditawar lagi. Kawan-kawan tetap belum sadar benar, kenapa aku memaksakan diri utk membeli golok, dikarenakan sekian banyak kali naik gunung dgn aku tak mengambil peralatan seperti golok ini.
Sesudah membeli golok, aku membeli dua botol air minum 600 ml, & nasi bungkus dgn tahu & tempe saja, lantaran aku tak mengambil modal makanan tidak hanya sebungkus biskuit & odading yg sudah dikonsumsi sebahagian oleh kawan-kawan pun. Kawan-kawan lain tak berminat membeli nasi bungkus, so cuma aku yg mengambil nasi bungkus.
Dari Ciwidey kami menyambung perjalanan, ke arah Rancabali. Supir aku bertanya, apakah ingin menjemput kami kelak sore, kira kira jam 15-an; sesudah aku mengetahui supir ini menjalankan mobil milik bapaknya, & tak dikejar target setoran. Supir menyanggupi. Aku setelah itu memberitahukan ke tempat mana ia mesti menjemput. Terhadap ketika melintasi belokan ke arah Kawah Putih, aku memberitahu supir bahwa dirinya kelak sore mesti masuk ke arah Kawah Putih, kurang lebih jam 15-an, & anggaran buat masuk bakal aku tambahkan. Kami sendiri tak masuk ke Kawah Putih, lantaran kami dapat mulai sejak pendakian dari perkebunan teh Rancabali & dapat berhenti di Kawah Putih.
Kurang Lebih 20-menitan dari Ciwidey, kami hingga di perkebunan teh Rancabali. Sesudah mengamati daerah yg kami lalui, bersama menyaksikan ke arah Gunung Patuha, sehingga aku meminta supir buat berakhir di daerah belokan yg pass datar, & pemandangan ke arah Gunung Patuha lumayan baik, meski kepada diwaktu itu Gunung Patuha sedang tertutup kabut; namun dikarenakan aku tetap percaya dgn medan yg lalu aku kenal, semasa mahasiswa, kira kira 15 tahunan yg dulu.
Kebetulan area kami berakhir ada warung mie telor. Ada Bpk penunggunya yg sambil menunggu kastemer sedang laksanakan pengaritan, aku tanya buat lebih meyakinkan diri menyangkut medan yg bakal kami lalui. Dikarenakan dari 9 orang, cuma aku yg tahu berkaitan medan yg bakal kami lalui, sekian banyak rekan telah sempat ke Kawah Putih tapi belum sempat ke puncak Gunung Patuhanya.
Pas jam 08.50, kami sejak mulai jalankan perjalanan.
Target perdana perjalanan yg kami lalui yaitu cepat menyeberangi kebun teh, buat mencapai punggungan gunung yg terendah. Aku pilih punggungan yg sebenarnya lembah antara dua punggungan akbar. Lembah ini berupa punggungan yg rendah yg mengijinkan awal perjalanan kami tak terlampaui mendaki.
Terhadap punggungan yg mungil ini, kami terjadi kepada padang rumput liar yg tinggi-tinggi. Seandainya diamati, nyata-nyatanya punggungan ini merupakan secon kebun sayur, kelihatan tidak sedikit secon tanaman kebun seperti waluh.
Sepanjang perjalanan ini kami menemukan sangat banyak tanaman yg dapat difungsikan survival, seperti bobontengan (mentimun hutan) & cecendet (seperti tomat namun mungil). Kami pernah berakhir utk coba rasa bobotengan.
Hasilnya kami hingga kepada ujung punggungan, & mesti menyeberang ke punggungan yg lebih landai buat menuju puncak. Hasilnya kami melipir (menyisir) punggungan, utk tak masuk ke dalam lembah yg lebih lebat. Akibatnya benar-benar kami mesti naik ke punggungan yg sebenarnya bersama lebih curam.
Golok kami sejak mulai bekerja, kawan-kawan baru sejak mulai sadar, bahwa perjalanan ini tak sekedar naik gunung dgn memanfaatkan jalan setapak yg telah umum diperlukan oleh para pendaki. Sebahagian masihlah ragu, apakh benar ini Gunung patuhanya, dikarenakan kami memang lah tak mengambil peta sama sekali, cuma ada kompas yg sekedarnya. Aku cuma mampu meyakinkan bahwa benar ini jalannya, cuma saja ini jurusan baru, dikarenakan aku sendiri sekian banyak kali ke Gunung Patuha, senantiasa membawa arah lebih ke Barat.
Kenapa aku beli golok, dikarenakan benar-benar aku sendiri di dalam email telah menuturkan bahwa kita dapat lakukan penebasan hutan buat mencapai puncaknya. Cuma saja kawan-kawan tak terlampaui memperhatikan, dikira bakal melaksanakan perjalanan seperti biasa, melalui jalan setapak. Aku membeli golok di tengah perjalanan, lantaran aku enggan ke luar kantor, bukan mau berikan kejutan berkaitan perjalanan pendakian yg dilakukan waktu ini.
Kami mulai sejak masuk ke dalam hutan yg sebenarnya, ada sekian banyak secon jalan orang yg menebang kayu. Cuma saja, second mereka lebih berbelok-belok, tak lurus ke puncak; pasti saja lantaran maksud tidak serupa. Kami menuju puncak bersama membawa jalan lurus ke atas, yg mutlak lurus & mendaki, seandainya ada arah yg menurun menuju lembah, kami hindari.
Patokan kami ialah terjadi tetap, masihlah kepada punggungan, jangan masuk ke dalam lembah. Seingat aku, berdasarkan peta Gunung Patuha, blok trayek dilalui ini mempunyai medan yg seragam, tak mempunyai tidak sedikit jurusan naik turun buat menuju puncak. Rekan-rekan sebahagian masihlah belum percaya, benar tidaknya. Dikarenakan kesalahan fatal sebenarnya yg kami laksanakan merupakan tak mengambil peta topografi. Cuma mengandalkan ingatan aku saja, kami pergi & mendaki. Penebas di depan bergantian, aku, Fattah, Andri, Indarum, & Rusydan. Ogun di belakang bersenjata tongkat, yg difungsikan utk mengakses jalan yg telah dibukan oleh penebas.
Bila pada awal mulanya, kami masihlah bakal menikmati pemandangan yg indah, hamparan pekebunan teh, padang alang-alang, & tumbuhan-tumbuhan khas pegunungan; waktu ini kami mesti memandang sekeliling merupakan pohon-pohon akbar, berlumut.
Kami mesti berhati-hati, lantaran sepanjang perjalanan sekarang ini tidak sedikit semak yg berduri.; terutama arbei hutan & brotowali. Jalan yg kita injak juga mesti hati-hati, sebab kemungkinan berupa tanah humus yg gembur sekali, terkdang kita pun berlangsung diatas pohon tumbang yg telah lapuk & rapuh.
Sekian Banyak kali kita mesti naik pohon tumbang yg melintang. Mesti hati-hati pun sebab licin.
Penebasan telah mulai sejak masuk ke daerah yg lebat, samar-samar kita tetap sanggup mendengar nada motor & mobil. Terasa dekat. Tetapi buat kembali lagi ke bawah dgn jalan yg sudah kami lalui, wah jangan sampai dikira enteng. Kami cuma dapat bercanda menghibur diri, dikarenakan sebahagian merasa ragu, benar tak ini Gunung Patuha, jangan-jangan Gunung lain, maka muncul joke kita sedang berlangsung di Gunung Patuha yg lain PatuhB,; hahaha…
Sesuai dikala nada adzan Dluhur berkumandang terdengar, kita mogok, menyaksikan jam. Jam 12 melalui, tetapi kita belum hingga pun. Berapa lama lagi kami akan hingga juga, kami tak tahu.
Diputuskan buat berisitirahat sambil makan siang degan memakai aset yg dipindah masing-masing. Leupeut (jikalau orang Jawa menyebutkan buras), odading, biskuit-biskuit, & minuman energi dikeluarkan. Cuma aku yg mengeluarkan nasi, tak ada yg berminat makan nasi lagi, menjadi aku sendiri makan. Kemungkinan lantaran lauknya cuma tahu & tempe saja, menjadi tak ada yg berminat.
Kami makan sambil berfoto-foto dgn lingkungan di sekeliliing kami pohon-pohonan yg berlumut saja.
Seputar setengah jam kami beristirahat, telah pass segar lagi tubuh kami.
Rusydan & Fattah di depan. Beberapa Orang bujang yg di depan, haha.., maklum tim kami, miliki jarak usia lebih dari 10-tahunan.
Sekian Banyak medan yg kami lalui, lumayan merepotkan, sebab kami mesti terhubung jalan sendiri. Ada satu titik yg di buka oleh Fattah, menyulitkan sekali. Aku kebetulan di depan sesuai di belakang Fattah, benar-benar jalurnya susah sekali, lantaran daerah sekelilingnya pula rapat.
Terhadap titik ini, kami menunggu seluruhnya kawan utk dapat hingga ke ruangan aku & Fattah lebih-lebih dulu hingga. Nyaris 15 menit lamanya, menunggu hingga seluruh mampu melintasi rute ini; sebab pegangan buat naik melintasi rute ini tak ada, memang mengandalkan kerja sama utk bakal menginjak tanah yg tak luruh.
Sesudah beristirahat sebentar, kami meneruskan perjalanan. Golok yg baru kami beli, mulai sejak rusak satu per satu, sebab kita tak pernah menguatkan dudukan golok kepada gagangnya. Fattah sbg penebas mutlak, memanfaatkan golok yg paling pass.
Golok Hilang.
Puncak dari akibat kerusakan golok-golok ini yaitu pisau golok yg dipegang Fattah hilang, terhadap disaat menebas batang yg menjalar yg berduri. Cuma saja, batang yg menjalar ini lentur, maka mesti sekian banyak kali ayunan. Dikarenakan dudukannya telah longgar, pisau golok ini loncat, & menghilang. Mungkin agung ke bawah dari pohon tumbang. Dikarenakan sesudah dicari di sekeliling di permukaan, tak ditemukan.
Hasilnya diputuskan golok yg lepas ini dianggap hilang, & kami setelah itu meneruskan perjalanan. Fattah setelah itu meminjam tongkat yg dipindah Ogun, utk terhubung jalan; dgn memukulkan tongkat terhadap semak-semak.
Untungnya golok hilang telah menjelang puncak, kelihatan dari variasi tanaman yg ada. Pohon centigi (cantigi), paku khas puncak, & rumput-rumput liar yg biasanya ada di puncak gunung telah nampak.
Hasilnya, pukul 13.30, sesudah empat setengah jam terjadi, kami hingga di puncak Patuha. Setelah Itu kita berbelok ke arah timur, utk mencari ruangan yg agak datar. Hasilnya kami mendapati ruangan yg agak datar, namun rimbun, buat berfoto-foto sebentar.
Sesudah mengamati daerah kurang lebih puncak ini, diputuskan utk kembali arah, buat mengeliliingi puncak Patuha buat mencari jalan setapak turun menuju Kawah Putih.
Aku sendiri, masihlah belum tahu berapa jauh lagi jalan setapak utk turun ke Kawah Putih dapat ditemukan, sebab telah lebih dari 10 th aku tak sempat ke gunung ini.
Hasilnya, ditemukan satu ruangan sesajen yg biasa aku jadikan sbg target hingga di puncak Patuha ini. Kelihatan sesajen yg tetap baru sekian banyak hri, tembakau & rokok yg ditinggalkan di area sesajen ini tetap tampak agak segar.
Kami berfoto-foto lagi di ruangan ini, & beristirahat sebentar, sebab tempatnya lebih lapang. Pernah pun kami memanen arbei hutan yg sedang siap petik di puncak ini. Pasti saja, berasa asam.
Wawan terhadap waktu turun, sejak mulai merasa kesakitan terhadap lututnya. Sakit yg biasa diderita jikalau telah berlangsung mendaki & lebih dari empat jam.
Nyata-nyatanya kami mesti berkeliling glebih dari setengah keliling puncak Patuha, sebelum hasilnya menemukan jalan menuju Kawah Putih.
Hasilnya hingga pula kami di lapang parkir objek wisata Kawah Putih, sesudah terjadi lebih kurang 50 menit dari puncak.
Kami cepat, menuju tepi Kawah Putih buat berfoto-foto lagi.
Program pendakian ini diakhiri dgn menuju warung di wilayah ruang parkir objek wisata Kawah Putih, bersama memesan nasi goreng & mie telur, bersama minuman penghangat bandrek.
Tips Pendakian Gunung Patuha
1. Rencanakan perjalanan anda dan lebih baik bertanya kepada petugas atau warga sekitar2. Persiapkan Fisik dan mental untuk lamanya pendakian yang akan ditempuh
3. Pelajari setiap medan dan rute yang akan ditempuh agar tidak terjadi kesalahan
4. Pempersiapkan perlengkapan yang efektif dan berdaya guna besar
5. Mengatur manajeman logistik dan bahan makanan yang mencukupi
6. Memperoleh izin dan melapor pada pos pendakian yang tersedia
7. Membawa baju hangat dan kupluk, karena pada saat malam suhu akan menurun
8. Tidak merusak alam dan menjaga lingkungan sebaik-baiknya
Informasi Lain Gunung Patuha
Jika anda mempunyai informasi lain atau anda mempunyai pengalaman yang menarik tentang Gunung Patuha. Silahkan jangan ragu untuk menambahkan pengalaman, pendapat, dan komentar anda pada kolom Review (jangan lupa klik bintang untuk rating Gunung Patuha Sebelum anda mengirim komentar).sumber : http://epictio.com/tempat/gunung-patuha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar